Saya adalah salah satu dari ribuan Jama’ah Maiyah yang cukup rutin mengikuti kajian yang diberikan oleh Cak Nun. Baik itu melalui YouTube ataupun secara langsung mendatangi forum yang sedang berlangsung.
Oh iya, “Jama’ah maiyah” itu adalah sebutan bagi orang-orang yang rutin mengikuti ngaji bareng, yang diselenggarakan dengan pembicara utama yaitu Emha Ainun Nadjib.
Malam itu kebetulan saya sedang berada di rumah kakak saya yang berada di Bekasi. Saya berniat akan menghadiri sebuah forum bernama Kenduri Cinta.
Forum itu adalah sebuah kegiatan yang dihadiri oleh Emha Ainun Nadjib sebagai narasumber utama. Nama “Kenduri Cinta” adalah sebuah nama yang diberikan oleh Cak Nun. Namanya cukup unik dan jarang didengar. Pertama kali saya mendengar nama tersebut, saya merasa sedikit aneh. Kebanyakan hasil dari pemikiran Cak Nun memang selalu unik namun sarat makna.
Sebelum berangkat, saya menyiapkan barang-barang yang dirasa perlu untuk dibawa. Salah satunya ialah power bank, saya sangat memerlukan benda tersebut. Karena melihat situasi dan kondisi yang nantinya akan menunjang produktivitas setelah berada di lokasi.
Stasiun Cakung, saya memulai perjalanan menuju Taman Ismail Marzuki dengan menaiki KRL yang ada di stasiun tersebut. Sampai dengan akhirnya saya akan mengakhiri perjalanan di Cikini.
Content
Hujan di Malam Hari
Pukul 19:00 WIB saya telah berada ditempat yang nantinya akan berlangsung acara Kenduri Cinta. Taman Ismail Marzuki adalah tempat dimana forum itu dilaksanakan.
Beberapa menit kemudian saya merasakan adanya rintikan air yang jatuh dari langit. Gerimis perlahan membasahi badan, saya memutuskan untuk berteduh terlebih dahulu. Karena gerimis yang sedang berlangsung tak terasa perlahan membuat bajuku mulai lembab.
Panitia begegas mebereskan segala macam peralatan yang sebelumnya telah ready. Mulai dari karpet, hingga sound system. Mereka melindunginya agar tidak basah oleh guyuran air yang turun secara perlahan.
Saya berteduh disebuah masjid yang berlokasi tidak jauh dari tenda acara itu didirikan. Terlihat dari dalam, air hujan yang turun semakin deras mengguyur area disekitar daerah Cikini.
Halaman Tergenang Oleh Air Hujan
Semakin lama, guyuran air hujan terasa semakin deras. Hal itu menyebabkan tempat yang akan kami pakai untuk ngaji bareng kali ini menjadi tergenang oleh air hujan yang sedari tadi belum juga mereda.
Kenduri Cinta selalu menggelar acara secara outdoor, jadi kalau sedang hujan seperti ini biasanya alas yang dipakai untuk tempat duduk ikut basah.
Sangking derasnya, hujan dimalam itu membuat genangan air dibeberapa titik, dimana tempat itu akan menjadi spot utama bagi para jama’ah untuk duduk. Acara pun sempat delay beberapa saat, karena hujan yang berlangsung saat itu tak kunjung reda. Biasanya jam 20:00 sudah dimulai, berhubung mempertimbangkan situasi yang ada, panitia memulai membuka acara pada saat jam 21:30.
Tenda Itu Bahkan Sampai Roboh
Saat hujan deras sedang mengguyur area sekitar Taman Ismail Marzuki, sempat terjadi beberapa hal yang sebenarnya tak kami inginkan. Kejadian itu bahkan membuat beberapa diantara orang yang berada di sekelilingnya merasa kaget.
Begini, ceritanya itu bermula saat saya dan beberapa orang lainnya sedang berteduh di masjid yang ada di kawasan TIM tersebut.
Disebelah masjid tersebut, ada sebuah tenda yang dipasang oleh para pengelola untuk dijadikan tempat tambahan saat masjid sedang terisi penuh dengan mushollin. Kebetulan saat itu ada beberapa orang yang sedang berada dibawah tenda. Tujuan mereka sama, yaitu mencari tempat berteduh.
Bruuukh!! Tiba-tiba tenda tersebut roboh karena tak mampu menahan beban air yang terus-menerus menimpa tenda.
Masih ada beberapa orang yang posisinya masih berada dibawah tenda. Mereka tidak sempat untuk menyelamatkan diri dari tenda yang roboh itu. Setelah berhasil keluar dari tenda yang roboh tersebut, alhamdulillah mereka tidak ada yang mengalami luka. Semuanya selamat.
Tentang “Kenduri Cinta”
Seperti pada hal yang telah saya singgung sebelumnya, Kenduri Cinta adalah suatu forum yang digagas oleh seorang yang banyak dikenal sebagai Budayawan tersohor di Indonesia, yaitu Muhammad Ainun Nadjib atau sering juga dikenal dengan Cak Nun.
Saya adalah salah satu orang yang mengagumi Cak Nun, beliau adalah orang yang menjadi faktor utama dalam membangun mindset yang ada dalam fikiran saya.
Kenduri Cinta hanyalah salah satu dari beberapa acara yang aktif diselenggarakan pada setiap bulannya. Ada banyak forum serupa yang istiqomah di laksanakan per setiap bulannya. Cak Nun sampai sekarang masih setia menemani para jama’ah yang hadir pada setiap kali acara diselenggarakan.
Beberapa forum lain yang sampai sekarang masih aktif adalah, Bangbang Wetan di Surabaya, Padhang mBulan di Jombang dan Mocopot Syafaat di Jogjakarta.
Upgrade Ilmu dan Wawasan
Saya merasa senang bisa berada di tempat itu, berbagai pengetahuan baru tentang hal-hal yang sebelumnya masih nol, malam ini bisa saya kembangkan menjadi lebih baik.
Duduk pada baris terdepan membuatku menjadi semakin semangat untuk terus mendengarkan dan menyimak tentang materi yang sedang disampaikan oleh sang narasumber. Sebisa mungkin fokus saya tujukan ke arah panggung.
Jarum jam sudah berada diangka 02:20, tetapi saya semakin bertambah antusias untuk lebih lanjut mendengarkan kalimat demi kalimat yang sedang dibawakan oleh pembicara diatas panggung.
Para penjual kopi yang tadinya sliwar-sliwer dikerumunan para jama’ah, perlahan mulai terlihat semakin sepi. Mungkin sebagian mereka telah letih, karena pada saat acara sebelum dimulai pun mereka sudah menawarkan kopi dan barang dagangan lain yang dibawanya.
Saya dan beberapa orang yang lain masih tetap duduk dalam posisi yang sama. Sudah hampir lima jam-an kami duduk tanpa merasa jenuh dan bosan.
Kenduri Cinta bukan lah forum yang berjalan secara monoton. Ada banyak hal yang menjadikan suasana menjadi lebih ayem lan tentrem.
Nah, itulah sebenarnya yang membuat saya tidak merasakan kejenuhan.
Perut Terasa Keroncongan
Genap sudah enam jam saya duduk ditempat yang bisa dikatakan umpel-umpelan. Eh, by the way sudah pada tau belum umpel-umpelan itu apa?
Hehe, sengaja pakai bahasa daerah biar ngga terlalu monoton. umpel-umpelan itu adalah bahasa jawa, yang artinya adalah berdesak-desakan. Jadi, selama kurang lebih selama enam jam saya dalam posisi duduk yang berdesak-desakan.
Seusai do’a dan saling berjabat tangan, saya bergegas meninggalkan halaman (Taman Ismail Marzuki). Kenduri Cinta telah selesai.
Pada saat itu juga, saya merasa perut sudah mulai berbunyi. Terdengar suara keroncongan yang yang bersumber dari perut yang sudah tak bersahabat lagi. Tak berfikir lama, saya langsung mencari warung yang masih buka.
Dan nyatanya memang tak ada satupun warung yang masih buka pada jam tersebut.
Saat itu jarum jam berada diangka 03:30, jadi saya memaklumi hal tersebut. Karena jarang sekali ada pemilik warung (warung makan maksudnya) yang masih membuka gerainya dijam menjelang subuh itu.
Tapi keberuntungan masih berpihak kepada saya, saya bersyukur dikala itu akhirnya menemukan seorang penjual Nasi Goreng yang masih menunggu pelanggannya untuk membeli dagangan miliknya.
Finally, saya medapatkan tempat untuk mengisi tenaga yang telah low.
“Merdeka”.