Masa kecil adalah masa yang sangat menyenangkan. Berbagai hal yang terkenang dalam ingatan selalu berhasil membuatku tertawa saat mengingatnya. Begitupun juga dengan teman-temanku, mereka selalu menjadi bayangan yang hadir disaat aku mencoba membayangkan masa-masa itu.
Content
Aku dan Temanku
Aku adalah seorang anak kecil yang saat itu berumur 10 tahun. Tinggal disebuah desa di daerah pelosok yang berada di kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Dengan lingkungan pedesaan yang mayoritas penduduknya adalah sebagai petani kelapa sawit.
Ayahku sendiri adalah seorang petani, ibuku mempunyai kesibukan mengatur dan membereskan segala sesuatu yang ada dirumah. Terkadang ibuku juga turut membantu ayah untuk sekedar membersihkan rumput yang ada di kebun, tak jarang juga ibuku ikut membantu saat masa panen telah tiba.
Aku, saat itu adalah seorang anak kecil yang sangat suka bermain.
Biasanya, hampir setiap hari aku selalu menghabiskan waktuku untuk bermain bersama teman-temanku (maksudnya sehabis pulang dari sekolah). Tak jarang pula saat aku masih di area sekolah pun, hobi dan kesuakaanku adalah bermain. Hehe
Namanya juga anak kecil. Jadi, sah-sah saja jika dalam kesehariannya selalu lebih mementingkan bermain ketimbang hal yang lain.
Setuju ngga kalau bermain adalah sesuatu yang sangat di gemari oleh mayoritas anak saat usia SD? Jawabannya, pasti “setuju”. Ya iyalah, siapa sih yang ngga suka bermain. La wong sampe sekarang saja masih hobi bermain kok. Hehe
”Saya kira bermain adalah suatu sifat naluriah yang pasti ada di dalam setiap diri seseorang, hanya saja pada beberapa golongan, mereka tadak menjadikan prioritas”.
Berangkat ke Sekolah
Dalam setiap harinya, aku biasanya dibangunkan oleh ibuku saat telah memasuki pukul 05:30 WIB. Ibuku adalah pribadi yang sangat sabar, beliau selalu membangunkanku saat dimana aku kembali tertidur setelah beberapa kali beliau membangunkanku.
Hehe, jadi ceritanya dulu itu aku anaknya buandel banget.
Lokasi sekolahku tidaklah jauh dari posisi tempat tinggalku, hanya berjarak kurang dari 1KM. Artinya aku tidak perlu capek untuk mencapai kesekolah dalam setiap harinya.
Biasanya aku memakai sepeda untuk bisa sampai kesekolah. Terkadang juga jalan kaki, kalau sepedanya sedang rusak.
Teman-teman satu kelas yang biasanya setia menemaniku saat berangkat menuju kesekolah. Beberapa dari temanku memang kebetulan rumahnya berdekatan dengan posisi rumahku.
Aku bersyukur karena memilki begitu banyak teman yang sangat baik. Alhamdulillah.
SDN 55/IX Petaling
Sekolah SD, aku memulainya di Sekolah Dasar Negeri 55/IX, yang berlokasi di sebuah desa kecil, tepatnya didesa Petaling Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.
Wah lengkap banget kan ya! Jadi kalau mau bertemu atau sekedar kenalan dengan aku silahkan datang ke lokasinya saja. Alamatnya sudah lengkap kok, tinggal datang saja. Dijamin deh (gak bakalan ketemu). Hehe
Ya kali, setiap hari mau stay di sekolah terus. Kalau pak satpam sih, bisa jadi. Tetapi saat ini (saat menulis blog ini) aku sedang berada di Magetan Jawa Timur.
Aku sekolah disini bisa dikatakan karena beberapa alasan. Mau tau nih? Ya sudah deh tak kasih tau saja kalau begitu.
Pertama: karena di desa kami hanya ada satu sekolah dasar
Kedua: jarak tempuh untuk sampai kesekolah relatif sangat dekat
Dan yang,
Ketiga: sekolahnya gratis tanpa ada SPP (dan opsi yang terakhir inilah yang menjadi point pertimbangan)
Guru dan Kepala Sekolah
Tenaga pengajar di sekolahku adalah seorang yang begitu sangat besar pengabdiannya. Mereka kebanyakan sudah sangat lama mengabdikan dirinya untuk mendidik para siswa dan siswi SDN 55/IX.
Ada satu guru favorit saat masih duduk dibangku sekolah dasar. Kehadirannya selalu aku tunggu ketika jam pelajaran berlangsung.
Ibu Jamilah, nama nya. Beliau itu adalah salah satu guru favoritku di sekolah. Tegas, wibawa, santun, dan juga low profile. Tetapi jangan lalu menyangka beliau adalah orang yang tegang saat mengajar. Itu adalah persepsi yang sangat keliru.
Santai dan ceria itu ciri khas beliau. Dan aku menyukai karakter beliau yang bagian ini.
Bermain Layangan
Saat itu (jauh sebelum sekarang ini), hobiku adalah bermain layangan. Saat jam sekolah telah usai, biasanya aku bersama para teman menghabiskan waktu untuk bermain layangan. Tak jarang, aku sampai lupa waktu saat bermain layangan.
Saking seringnya aku main layangan, aku cukup handal dalam hal yang satu ini. Maka tak heran jika sebagian temanku banyak berkonsultasi denganku tentang layangan.
Konsultasi? Bahasanya cukup sangar, jika konteksnya cuman berhubungan dengan layangan. Aku sebenarnya juga tidak terlalu expert, hanya saja mungkin karena saking seringnya aku bermain layangan sehingga mereka menganggap bahwa aku punya banyak trik jitu.
Ibuku adalah sesorang yang bisanya kebingungan. ketika hari mulai petang, sedangkan anaknya belum juga kembali ke rumah.
Patroli sore dengan membawa ranting pohon kecil adalah agenda rutinan ibuku (sangking bandelnya aku kala itu). Jadi, kalau sampai sore aku belum juga pulang kerumah. Maka aku harus membangun defense untuk bertahan dari “senjata tempur” milik ibuku.
“Ampun bu! Ampunilah dosaku ketika aku masih menjadi aku yang dahulu”.
Ngaji Sore di Langgar
Salah satu masa kecil yang sering tak kangeni adalah momen dimana aku berkumpul di langgar means mushola. Ada hal-hal yang sampai sekarang masih saja terbayang ketika aku sedang dalam keadaan diam (merenung), dan terkadang juga saat membaca al-qur’an sesekali aku mengingatnya.
Aku berangkat ke langgar seringkali saat jam 5 sore, lalu akan sampai pada menit ke 10 setelah keberangkatan.
Aslinya ngga selalu 10 menit durasi perjalanan untuk sampai ke langgar. 10 menit itu kalau dihitung dengan perjalanan kaki. Ya, kurang lebihnya hanya 3-5 menit saja untuk sampai ketempat ngaji kalau menggunakan kendaraan sepeda motor.
Barang yang selalu stand by ditasku ialah “turutan”, hanya sesekali saja dalam seminggu isinya bertambah. Kalau ngga salah disetiap hari Rabu dan Minggu ada jadwal kajian, jadinya harus membawa buku dan pena.
Oh iya, turutan itu oleh kebanyakan orang biasanya disebut dengan “jus amma”. Sebelum belajar mengaji al-qur’an, kami diwajibkan terlebih dahulu untuk menyelesaikan tahap awal, yaitu mengkhatamkan jus amma.
Aku sendiri baru mengaji al qur’an saat usiaku memasuki angka 10 tahun. Selama 2 tahun lebih aku masih njelimet dalam dunia “turutan”.
Misteri Saat Perjalanan Pulang ke Rumah Setelah Selesai Mengaji
Ketika jam ngaji telah berakhir, maka saatnya untuk pulang kerumah. Dan momen ini adalah saat-saat dimana ada sebuah cerita misterius.
Cerita ngga ya? Iya deh tak ceritain, biar ngga pada penasaran nanti. Hehe..
Suatu hari (jreng jreng), aku dan teman-teman biasanya pulang dari langgar tempat kami mengaji saat telah tiba pukul 19:05 WIB. Pada saat perjalanan pulang, kami sesekali biasanya mendapat hal-hal yang bisa dibilang ganjil.
Soalnya, ada saja hal-hal yang aneh yang terkadang kami jumpai. Seperti suara yang aneh yang sesekali terdengar ditelinga kami, sampai dengan bayangan yang sliwar-sliwer lewat begitu saja (tanpa permisi).
Benar tidak adanya keberadaan makhluk itu, aku ngga tau. Atau mungkin hanya halusinasi belaka.
Itulah pengalamanku, sekian.
Maaf ya, kalau redaksinya kurang teratur.