Walaupun ngga terlalu banyak hal yang saya dapat ketika menjadi santri, setidaknya saya pernah mencicipi pengalaman nyantri disebuah pondok pesantren. suatu pengalaman yang cukup berkesan dan menarik.
Content
Kegiatan Harian di Pondok
Setiap hari saya melewati hari demi hari di lingkungan pondok pesantren. Semua hal mengenai jadwal kegiatan yang ada di dalamnya sudah berada diluar kepala. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi telah menjadi rutinitas yang saya lakoni dan jalani disetiap harinya.
Dan saya telah melewati itu semua selama kurang lebih 6 tahun.
Kegiatan pagi biasanya diawali dengan sholat tahajjud. Setelah beranjak dari tempat tidurnya, para santri di sarankan agar menjalani sholat malam. Hal itu tidak lain adalah untuk kebaikan setiap santri sendiri sebenarnya.
Tetapi, tidak sedikit dari kami yang enggan untuk manjalaninya. Termasuk saya sendiri. Hehe.
Ngga setiap hari loh maksudnya, hanya 1-2 kali saja saya sangat berat untuk melakukan sholat malam. Hal itu kerap kali disebabkan oleh adanya kegiatan tambahan pada malam harinya. Jadinya, jam tidur sedikit termakan oleh kegiatan yang dilakukan sebelum saya tidur.
Pada siang harinya, kegiatan santri diisi oleh belajar di kelasnya masing-masing. Pesantren tempatku menimba ilmu adalah pesantren yang bisa dibilang berkategori semi modern.
Karena mata palajaran yang diajarkan kepada para santri secara garis besar terbagi menjadi 2 kategori: pertama, materi dalam hal ilmu umum (IPA, IPS, Matematika, dan yang semacamnya). Kedua, materi kajian kitab kuning.
Hari Itu Adalah Hari Spesial
Setiap saat pasti akan selalu ada sebuah momen yang menjadi hari paling ditunggu-tunggu. Salah satunya adalah hari yang satu ini. Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena ada banyak hal yang berkesan didalamnya.
Momen spesial itu ialah hari “Haul Pondok Pesantren”. Adalah event saat semua santri dan santriwati berkumpul bersama untuk saling berpartisipasi dalam suksesnya acara tersebut.
Haul pondok pesantren adalah acara semacam ulang tahun yayasan. Acara ini rutin diselenggarakan pada setiap tahunnya. Hanya sekali dalam setahun, itulah sebabnya banyak santri yang menantikan momen ini. Termasuk saya sendiri adalah orang yang menantikan event luar biasa tersebut.
Saya selalu bersyukur ketika telah tiba saat-saat tersebut. Karena orang tuaku ikut hadir dalam berlangsungnya kegiatan itu. Biasanya orang tuaku datang bersama para rombongan wali santri dari teman-temanku yang hadir untuk turut merayakan.
Saya dan teman santri yang lain adalah orang yang terbilang sebagai pemeran utama. Pondok pesantren kami tidak mendatangkan panitia dari luar pesantren. Seluruh panitia didominasi oleh sesama santri.
Bersama Teman Seperjuangan
Ada banyak kisah menarik sebetulnya ketika saya masih dalam masa nyantri. Namun akan sangat panjang kalau saya ceritakan disini. Oleh karena itu, saya hanya mengambil bagian yang penting-penting saja.
Suatu saat, saya pernah mengalami hal yang menurut saya ini adalah cerita yang menarik. Beberapa hal yang telah saya alami semasa di pondok pesantren mempunyai cerita yang unik.
Jadi, ceritanya adalah ketika saya dan teman sesama santri pergi untuk menghadiri undangan dari rumah seorang warga yang lokasinya tak jauh dari pesantren yang kami huni. Ketika itu saya lupa berapa orang jumlah santri yang ikut bersama para rombongan.
Kalau saya tidak salah, jumlah kami pada saat itu sekitar 28-30 orang. Jadi setiap santri masing-masing mendapat jatah ngaji satu jus.
Ketika kami dalam perjalanan, kami merasa bahagia. Tau kenapa? Jadi begini, sebagai seorang santri kami biasa dilatih untuk riyadhoh, terbiasa untuk mencoba menjalani hidup sesederhana mungkin. Kami dibiasakan untuk makan dan menjalani hidup dengan pola yang opo onone. Ngga heran, jika momen seperti ini adalah momen impian para santri. Hehe.
Setelah sampai di rumah pemilik hajat, kami dipersilahkan untuk duduk ditempat yang telah dipersiapkan.
Acara khataman telah kami selesaikan. Lalu masuk lah pada acara inti, yaitu acara makan-makan. Telah usailah masa penantian yang kami alami sedari awal berangkat dari pesantren. Ini adalah puncak dari kebahagiaan. Hehe.
“momen ini adalah masa perbaikan gizi sedang berlangsung”.
Hal unik yang terjadi dari kegiatan ini adalah ketika kami para rombongan sedang menyantap hidangan, ada salah satu dari teman kami yang tiba-tiba merasakan sesuatu yang tidak dirasakan oleh kami para santri.
Yaitu, mengunyah tisu yang sebelumnya telah disiapkan oleh tuan rumah. Jadi, sangking antusiasnya ketika akan makan, “Si Doi” lupa menyisihkan tisu terlebih dahulu yang ada di atas piringnya. Tisunya kecampur sama nasi deh.
ada-ada saja ya!
Panen Mangga Milik Pesantren Tetangga Kami
NOTE: Ini salah satu pengalaman buruk yang pernah saya alami. Saya yakin kamu adalah pembaca yang bijak, ambil positif lalu singkirkan segala yang bersifat negatif.
Malam Jum’at, malam itu adalah disaat saya bersama para teman (teman satu kelas) mengalami nasib yang sedikit tak diinginkan. Kesalahan yang kami lakukan, cukup untuk manjadi bahan penyesalan di waktu beberapa saat setelahnya.
Bermula pada saat kami sedang berkumpul bersama teman-teman yang lain. Tragedi itu terjadi beberapa jam setelah kami saling bercanda dan tertawa besama. Ini adalah masa dimana saya menghabiskan masa setahun terakhir berada di pondok, sebelum akhirnya tiba saat wisuda para santri.
Masa-masa terakhir sebelum saat perpisahan tiba selalu kami manfaatkan dengan sering berkumpul bersama para teman. Hitung-hitung sebagai perekat hubungan antara kami, entah itu hanya sekedar mengobrol atau bahkan saling tertawa bersama.
Jam telah menunjukkan angka 00:30 WIB, saya bersama teman yang lain masih dalam posisi yang sama (ngumpul-ngumpul di kamar). Kebetulan posisi kamarnya berada tidak jauh dengan rumah salah satu warga yang ada di sebelah pesantren kami.
Pada saat itu Buah Mangga adalah buah yang sangat banyak ditemui di sekitar lingkungan pesantren.
“Cari Buah Mangga yuk”ujar salah satu teman saya. Setelah beberapa perbincangan kami lakukan, finally kami berangkat menuju rumah warga yang terdapat Pohon Mangga di rumahnya.
Saya dan teman-teman sudah berada di lokasi sasaran. Hanya tahap eksekusi saja yang masih belum dilaksanakan. Beberapa menit setelahnya, teman saya sudah berada di atas Pohon Mangga itu. Singkat cerita, sang pemilik rumah terbangun dari tidurnya.
Lalu menangkap teman kami (yang masih berada di atas pohon), sedangkan kami yang berada di bawah pohon lari berhamburan.
Kami Bertaubat
Setelah kami telah menyelesaikan beberapa masalah yang menjadi tanggungan. Saya dan para teman akhirnya memutuskan untuk tidak mengulangi kedua kalinya.
Kami sadar sepenuhnya telah melakukan kesalahan, kami juga sadar kami telah melakukan sesuatu yang tidak pantas. Oleh karena itu, kami tidak akan melakukannya lagi.
Selain itu, kami juga malu kepada orang-orang yang telah mendengar peristiwa ini. Kami malu berstatus sebagai santri tetapi melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan.
Sekarang kami menyesalinya, kami berjanji untuk tidak mengulanginya.
“Kami Bertaubat”.